MEMOAR: AIR MATA TANAH RENCONG

 


Melahirkan buku solo perdana bagi seorang penulis pemula seperti saya, menorehkan rasa bahagia luar biasa. Tetapi berpuas diri harus saya hindari, karena buku perdana ini tentu masih jauh dari sempurna. Namun, saya menikmati prosesnya, yang memberi banyak pembelajaran yang sangat berharga. 

Air Mata Tanah Rencong, adalah buku solo perdana saya. Sebuah memoar yang disusun untuk mengenang 17 Tahun Tsunami ini  berawal dari tantangan setelah saya mengikuti Kelas Menulis Buku Solo – IIDN di bawah ampuan Mba Widyanti Yuliandari – Buketu IIDN. Sejak dari pembuatan outline, menentukan timeline dan rencana marketing, pemilihan cover dan judul, semua dibahas dalam kelas menulis daring yang diselenggarakna oleh IIDN tersebut. 

Saya menyadari buku-buku seputar tsunami sudah banyak sekali beredar di masyarakat. Itu menjadi tantangan.  Saya harus membuat buku saya “berbeda”  dari buku-buku tentang  tsunami yang sudah lebih dulu ada. Maka sebagai pembeda, saya menyuguhkan senandika yang mengawali setiap bab. Saya selipkan juga “infomation box” di beberapa halaman agar pembaca dengan mudah mendapatkan informasi tambahan yang terkait dengan bab yang dibaca.

Dengan kegiatan menulis yang bertumpuk timeline saya akhirnya ‘lepas’. Rencananya buku solo saya targetkan terbit di bulan Nopember 2021 akhirnya sampai dengan pertengahan bulan  Desember 2021 belum juga terbit. Di paruh perjalanan, saya mendapat pendampingan dari  Mba Dibatezal, mentor menulis sekaligus owner Najmu Book Publishing.  Akhirnya Air Mata Tanah Rencong  ‘diupayakan” begitu rupa untuk bisa terbit sebelum momentum 26 Desember 2021 itu tiba. 

Alhmadulilhah, proses PO buku sebelum terbit pun bisa dilakukan. Saya sangat bersyukur karena jumlah buku dari PO selama empat hari pertama,  hasilnya mencapai dua kali lipat lebih dari target awal. Sungguh saya  amat berterima kasih kepada para sahabat dan teman-teman saya yang memberi semangat dan dukungan  demikian besar untuk buku solo perdana saya.…hiks...jadi terharu.

Buku memoar  saya tulis dalam rangka mengenang 17 Tahun Tsunami Aceh.  Buku yang mengisahkan penggalan perjalanan  hidup seorang sahabat saya dari Aceh yang jatuh ke titik nol karena bencana tsunami. Terpaksa sahabat saya  harus mengesampingkan cita-citanya yang sudah nyaris diraihnya. Allah melihat  kesungguhan upaya dan doa sahabat saya sehingga dengan cara-Nya DIA memberi pertolongan yang tak terduga, kesempatan untuk ujian promosi doktor itu akhirnya menjadi karunia di tengah keprihatinan pascabencana.

Tips-tips menulis memoar yang menarik  banyak saya adop dari beberapa blogger penulis asing. Dari sekian banyak tips,  ada 7 Tips  Menulis Memoar yang saya apilkasikan dalam buku solo saya dan ingin saya ingin membagikannya di salam tulisan ini.

Apa itu Memoar? Apa bedanya dengan Biografi atau Autobiografi?

Merdeka. Com. menyebutkan bahwa Biografi adalah riwayat  hidup yang ditulis oleh orang lain yang berisi sejarah hidup, pengalaman-pengalaman, dan kisah sukses seseorang. Sedangkan Autobiografi adalah biografi yang ditulis sendiri oleh tokohnya. Lalu apa itu  Memoar?

Memoar adalah sepenggal kisah perjalanan hidup seseorang, yang merupakan potongan momen  atau rangkaian peristiwa yang ditulis dalam biografi atau autobiografi seseorang. 

 Inilah 7 Tips bagaimana menulis memoar yang baik:

1.  Persempit fokus cerita.  Sebagai penggalan kisah hidup, di dalam memoar  mungkin saja memuat berbagai peristiwa. Tidak perlu semua peristiwa dalam penggalan kisah itu diceritakan. Fokus dipersempit  pada hal-hal penting saja yang selaras dan mendukung pesan  yang akan disampaikan.

2. Masukkan hal-hal di luar kisah pribadi tokoh yang mendukung agar cerita menjadi lebih kaya dan tidak membosankan. Misalnya situasi di seputar tempat tinggal tokoh saat itu,  persahabatan dengan salah seorang teman, dan lain-lain.

3. Ceritakan dengan jujur.  Karena memoar adalah kisah nyata, maka yang diceritakan adalah apa yang sebenarnya terjadi, bukan pengandaian atau fiktif. Penulis  perlu berhati-hati jangan sampai tulisannya menjadi media  “curcol”. Jika ada hal yang sensitif terkait dengan orang lain di luar tokoh, boleh ditulis bukan dengan nama sebenarnya.

4. Tempatkan diri tokoh memoar pada posisi pembaca. Memoar yang ditulis dengan POV 1 (aku), harus konsisten, tidak semestinya tokoh menceritakan isi hati orang lain, seolah-olah kita tahu pikiran  atau perasaan mereka.

5. Gunakan elemen fiksi seperti “Show & Tell”, Kalimat atau frasa yang berirama juga akan menambah daya tarik tulisan.

6. Ciptakan pengembangan emosi. Kisah yang datar tentu akan sangat membosankan. Tulis peristiwa yang melambungkan  emosi tokoh seperti, bahagia, panik, malu, takut, tertekan, dsb.

7. Tunjukkan dalam memoar bahwa secara pribadi tokoh mengalami perkembangan  atau pertumbuhan secara positif ke tingkat yang lebih baik.

Tentu masih banyak lagi tips-tips menulis memoar lainnya, 

 Jika Anda punya penggalan kisah yang menarik, mengapa tidak diabadikan saja menjadi sebuah memoar? 

Jika ada yang berminat untuk memesan buku AIr Mata Tanah Rencong, silakan hubungi saya di WA 08115801145.

Salam Literasi!


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGGUNAAN SHOW & TELL DALAM MENULIS FIKSI

TIPS MENULIS DRAFT AWAL SEBUAH NOVEL

Mengaplikasikan 'Show & Tell' dalam Tulisan Fiksi dengan Benar