BAHASA INDONESIA SEPERTI BAHASA “ASING”
Pernah tahu kata adiwangsa, debil, padmi, gocoh, gerupis *)….dan masih banyak lagi kata yang terasa asing atau teman-teman belum tahu? Sumpah, saya baru tahu kata-kata itu kemarin, loh, gegara ikut kelas menulis fiksi yang meminta pesertanya mengikuti permainan diksi dengan mencari 5 kata yang belum pernah kami tahu sebelumnya. Lima kata itu diambil dari Tesaurus Bahasa Indonesia.
Setelah
membuka Tesaurus Bahasa Indonesia, alangkah terkesiap saya, ada mungkin ribuan
kata yang terasa asing dan baru mengetahuinya saat itu. Alhasl grup menemukan
75 kata baru karena pesertanya ada 15 orang. Semua kata baru itu dibagi kepada
kawan lain sebanyak 5 orang untuk mencari arti dan mengaplikasikannya dalam
kalimat atau paragraph.
Itu baru
sebagian kecil dari sekian ratus ribu atau juta kata dalam Bahasa Indonesia yang saya, mungkin
juga teman-taman, tidak tahu. Saking
banyaknya kata yang saya baru tahu, Bahasa Indonesia jadi terasa seperti bahasa
“asing”. Entah berapa ribu kata Bahasa Indonesia yang saya belum tahu artinya. Karena
tidak tahu artinya, pasti saya juga tidak akan memakainya dalam tulisan saya.
Jadi malu
hati, kalau mau belajar menjadi penulis, harusnya saya banyak punya
perbendahaaraan kata (baru) agar tulisan yang saya buat menarik dan tidak
monoton. Bagaimana kita bisa menulis
dengan Bahasa yang dinamis jika saya hanya memakai kata yang itu-itu saja, dan
diksi saya tidak berkembang. Bagaimana ceritanya
juga kalau saya ingin menghasilkan
tulisan yang kreatif? Jawabannya satu, harus ada upaya khusus untuk menambah vokabuler
sebagaimana ketika saya belajar bahasa asing. Caranya bisa bermacam-macam. Bisa
melalui permainan diksi seperti yang saya sebutkan di atas, dengan
menghafal 5 -10 kata baru beserta
artinya setiap hari, dengan membaca dan membuat daftar kata baru yang ditemui
dalam bacaan tersebut, dsb.
Ingat waktu
kita belajar Bahasa Inggris di SMA? Guru
meminta kita untuk menghafal daftar kata baru setiap hari dan
mengaplikasikannya dalam percakapan atau tulisan. Dengan diksi yang bertambah
setiap hari akhirnya kita bisa memahami bacaaan dan mmmpu membuat tulisan dalam
Bahasa Inggris. Kita bisa mencontoh cara ini dalam mengembangkan kosa kata atau
diksi dalam Bahasa Indonesia.
Betewe, apa itu diksi? Menurut Wikipedia, diksi adalah
pilihan kata dalam tulisan untuk memberi makna sesuai keinginan penulis. Ya,
diksi adalah roh dari tulisan, tanpa diksi tak akan ada tulisan. Dengan kata
lain, tulisan menjadi bermakna karena ada rangkaian diksi yang tepat, benar dan
lazim. Lazim artinya sudah biasa (digunakan).
Untuk bisa
membuat diksi menjadi lazim, sebagai pengguna Bahasa Indonesia kita harus sering
memakai diksi (baru) agar menjadi terbiasa. Menulis kata-kata baru pasti akan
memaksa penulis dan pembacanya membuka kamus agar dapat mencari tahu maknanya. KBBI,
PUEBI dan Tesaurus mutlak harus juga menjadi sahabat baik kita, apa lagi
yang sedang belajar menjadi penulis pemula seperti saya.
Semangatlah
hai diriku, perkaya diksimu biar
tulisanmu jadi lebih menarik.
*) Catatan:
adiwangsa =
bangsawan, darah biru
debil =
bodoh, bebal, berdaya piker redah
padmi = permaisuri
gocoh = pukul, tinju keras-keras
gerupis,
menggerupis = melakukan pekerjaan kecil-kecil
Hehehe, aku juga kaget, ternyata banyak kata yang masih asing.
BalasHapus