PENGGUNAAN SHOW & TELL DALAM MENULIS FIKSI
Bismillah.
Dalam berbagai kelas
menulis fiksi, istilah Show & Tell seringi menjadi salah satu topik
bahasan.
Apa sih, Show & Tell itu? Saya baru memahami lebih dalam tentang kedua istilah tersebut setelah diminta berbagi materi Show & Tell di kelas menulis fiksi yang diprakarsai oleh Rasia Aksara dan Najmubooks.
Menyanggupi menjadi mentor
kelas menulis SHOW & TELL memang semacam pemaksaan diri bagi saya. Namun, mungkin
ini saat yang baik untuk memberi tantangan buat diri sendiri. Maka
jadilah kelas itu berjalan pada tanggal 22 Oktober 2021 melalui WA Group Rasia Aksara.
Dari berbagai sumber, saya
mendapatkan banyak ilmu tentang SHOW dan
TELL yang kemudian saya bagikan kepada teman-teman yang sedang balajar menulis.
Apa yang dimaksud dengan SHOW & TELL?
Dalam sebuah film, emosi,
ekspresi wajah, bahasa tubuh dan kondisi tokoh cerita mudah dicerna atau
dipahami oleh pemirsa karena semuanya dapat disaksikan dengan mata dan telinga.
Dalam cerita fiksi, penulis
perlu menggambarkan ekspresi, emosi, bahasa tubuh dan kondisi tokoh cerita
dengan menggunakan diksi yang tepat agar pembaca dapat mem-visualisasikannya
dengan jelas, sebagaimana pemirsa yang menyaksikan film. Beginilah gambaran tentang
SHOW.
TELL (mengatakan) adalah menyampaikan suatu keadaan/emosi tokoh dalam cerita secara
lugas dan langsung, atau to the point.
Itu sebabnya tulisan terlalu yang banyak menggunakan TELL seringkali jadi terasa
“kering”.
Sedangkan SHOW,
adalah cara menggambarkan keadaan atau emosi tokoh dengan menggunakan deskripsi
yang panjang. Seperti halnya pemakaian TELL, jika SHOW dipakai secara
berlebihan juga cenderung membuat plot
menjadi kurang dinamis atau terhambat lajunya.
Jadi, baik SHOW
maupun TELL sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan kata lain,
keduanya bisa membangun harmoni dan saling melengkapi jika ditampilkan secara
berimbang.
Kapan SHOW & TELL digunakan?
Show dan Tell adalah seni dalam menulis fiksi. Tidak ada ketentuan yang baku kapan kita
harus memakai SHOW atau TELL, karena seni adalah masalah ‘rasa’.
Yang penting dalam satu cerita, SHOW dan TELL perlu disampaikan
secara berimbang.
Di bawah ini saya berikan beberapa TIPS tentang bagaimana menulis SHOW
dan TELL:
Beberapa contoh tambahan
TELL : Sarah marah.
Pernyataan
TELL seperti itu, kurang memancing atau melibatkan emosi pembaca.
SHOW
akan lebih cocok digunakan untuk menggambarkan emosi.
Bagaimana
jika kita mau menuliskan contoh di atas dengan cara SHOW?
Rasa panas menyapu wajah Sarah. Pipinya memerah dan jari-jari
tangannya mengepal erat. Geliginya berderit, kemudian ia berteriak; “Kamu ngomong
apa barusan?”
Dalam contoh di atas perasaan Sarah tak perlu diragukan bahwa dia marah.
Kita juga dapat menggunakan kombinasi SHOW dan TELL secara bersamaan.
Contoh:
Sarah ingin berteriak, mencakar, atau memukulnya. (TELL).
Seluruh tubuhnya gemetar, lalu dia berpegangan pada meja di sebelahnya. Rasa
panas yang membakar dadanya, membuat kata-kata
penuh kesumat keluar dari mulutnya.
“Ingat, kamu akan menyesal sudah bicara begitu kepadaku!”
Beberapa catatan tentang SHOW:
1. Emosi yang digambarkan dengan bahasa tubuh bisa dideskripsikan
dengan SHOW.
2.
SHOW juga dapat digunakan ketika kita ingin menggambarkan perubahan
mood menggunakan gambaran cuaca (angin, gerimis, hujan), atau sinar dan
bayangan (senja, gelap, mendung, kabut, kiasan atau perasaan tertentu.
Sedikit
tambahan penggunaan TELL.
1.
Jika perkembangan emosi dalam plot sudah naik terus, terlalu
banyak showing akan membawa cerita menjadi melodrama. Gabungkan Show
dan Tell secara seimbang.
2.
Jika ada setting yang sebelumnya sudah dideskripsikan dengan SHOW,
kemudian cerita lanjutan masih pada
setting yang sama, jangan mengulang dengan SHOW lagi. Pakailah TELL.
3.
Jika ada banyak adegan action dalam cerita, mendeskripsikan
dengan SHOW akan memperlambat laju atau mengurangi keseruan cerita.
Pakailah TELL
4.
Jika ada tokoh cerita digambarkan memiliki kepribadian tak
banyak bicara atau tidak terlalu
emosional, biasanya untuk menggambarkan tokoh seperti ini, TELL lebih
tepat digunakan
5.
TELL juga digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang dianggap kurang berharga, tidak
Sebagai
Penutup saya ingin menyampaikan bahwa setiap orang memiliki gaya menulis
masing-masing. Tak ada yang ‘salah’ bila cara menulis kita berbeda dari orang lain.
Pakailah
‘feeling’ atau ‘rasa’ dalam menggunakan SHOW & TELL agar tulisan kita tidak ‘kering’
dan tidak juga ’lebay’.
Semoga
catatan di atas membantu pemahaman tentang istilah SHOW dan TELL
beserta aplikasinya.
Sumber: Beberapa blogs penulis asing.
Yogyakarta, 2 November 2021
PRS.
Catatan:
Bagi yang ingin mengutip atau meng-copy artikel ini, harap meminta izin terlebih dahulu.
Kereeenn..
BalasHapusMakasih Mba Juni.
HapusAwalnya saya berpikir kalau "SHOW" yg lebih dominan maka cerita fiksi yg dihasilkan bakalan jadi satu karya yg apik karena kental dengan bahasa ekspresi. Ternyata ga juga ya. "TELL" juga dibutuhkan di part-part tertentu untuk mewarnai isi cerita. Istilahnya balance antara keduanya (SHOW dan TELL) baru bisa menghasilkan karya yg bagus.
BalasHapusNice info mba 😀🙏
Betul Mba Iin...Ada bagian tertentu yang kita justru disarankan tidak pakai Show.
HapusMantaap Mbakkuh..
BalasHapusMakasih penyemangatku....
HapusMasih PR nih aku untuk bisa piawai menggunakan teknik show.
BalasHapusSaya juga masih perlu banyak latihan mba Rita. Tapi jangan sampai malah menghambat tulisan, hanya karena terlalu mikirin show & tell ya mba.
HapusTernyata harus piawai menentukan kapan harus tell, kapan mesti show.. Jadi inget saya udah lama ga nulis fiksi. Terima kasih ilmunya mbak
BalasHapusSama-sama mba....semoga bisa menyegarkan kembali semangat untuk menulis fiksi.
HapusMakasih ilmunya mbak
BalasHapusSama-sama...terima kasih juga sudah berkunjung di blog saya, Mba.
Hapustapi memang dengan menggunakan show lebih enak dibaca uya mbak, meski ada kalanya ada beberapa kalimat yang dirasa menjadi kurang efektif, terima kasih sharing nya mbak tiwiii
BalasHapusBenar mba...kalau yang senang menulis fiksi, menggambarkan keadaan atau karakter tokoh memiliki keasyikan tersendiri...bisa bermain-main dengan diksi ya mba.....
HapusMenulis filsi lebih sulit tekniknya daripada non fiksi. Karena tugas penulis harus mampu membuat pembaca bisa memvisualisasikan tulisan kita.
BalasHapusIya mba...idealnya begitu. Tapi untuk bisa ke sana butuh banyak latihan.
HapusSaya sendiri masih meraba menulis dengan cara Show. Saya masih cenderung kaku dalam menulis apapun. So, tulisan ini membuat saya banyak tercerahkan.
BalasHapusAlhamdulillah. Semoga bisa diaplikasikan ya mba
HapusSaya selalu penasaran sama dunia tulisan fiksi. Ingin meraba dunia fiksi tapi takut karena masih minim ilmu. Terimakasih ilmu show and tell nya mbak, mudah-mudahan bisa saya praktikkan melalui tulisan
BalasHapusAlhamdulillah. Kalau ingin belajar menulis fiksi, banyak kelasnya mba....
Hapusbisa dilihat di FB.
Makasih, Mbak, atas infonya. Kalau nulis cerpen, saya sering kerepotan memilih antara show dan tell. Penjelasannya oke.
BalasHapusMakasih juga Mba Friska. Kalau sidah biasa nulis cerpen, akan lebih mudah
Hapusmengpalikasikannya ... practice makes perfect ya mba Friska.
wah bener-bener ilmu tambahan nih buat saya yg lagi belajar ilmu fiksi. thank you for sharing ...
BalasHapusSama-sama Mba Nita.
HapusKeren mbak... jika karya kita kurang menarik di baca orang, mungkin salah satu yang harus direview kembali, ada pada show dan tell nya.. trims ya
BalasHapusBisa jadi ya mba Yatmie, tapi show dan tell hanya salah satu elemen saja dalam tulisan fiksi, masih ada elemen2 lain yang bisa menjadikan sebuah tulisan itu ciamik.
HapusMbak Rini... aku suka banget artikel ini. Daging banget ilmunya. Berkat ini Emak Dodi jadi terfavorite. Blog Mbak Rini tak masuki di blogroll ku ya biar cepat nyarnya hehheee... good job Mbak Rin.
BalasHapusTerima kasih mba Ety...tulisan mba Ety sudah sangat kental dengan show and tell ...keren. Lanjut membuat tulisan yang memesona mbak Ety dear....
HapusWah, terima kasih untuk ilmunya, Kak.
BalasHapusSama-sama mba Esy...
HapusKeliatannya mudah show dan tell ini, tapi praktiknya masih suka blepotan. Intinya harus banyak jam terbang ya...
BalasHapusIya mbak ...berlaku general rule : Practice makes perfect;
HapusTerima kasih sharing-nya, Mbak.
BalasHapusSetelah membaca ini saya ingat pesan seorang teman, kalau tulisan saya masih kurang show-nya. Terlalu dry. 😓
Nah, pas lah, bisa mulai latihan ya mba Lana...
HapusPraktiknya lumayan sulit bagi saya
BalasHapusMemang tidak mudah tapi bisa dicoba mba Kenni....
HapusMantaps. Ilmu bergizi tinggi ini
BalasHapusTulisan mba sudah bagus...ini penyegaran saja ya mba.
HapusMenulis fiksi benar-benar harus pandai mendeskripsikan segalanya untuk memancing imajinasi pembaca agar cerita terasa nyata ya. Keren 👍🏻
BalasHapusIdealnya begitu mba Izzah...
HapusTerima kasih ilmunya Mbak, saya masih kurang di show. Terlalu blak-blakan, jadi tokohnya ketularan
BalasHapusYang masih terus harus saya asah.
BalasHapusMeski baca teori berulang tak juga aku jadi bisa hihi. Perlu praktek dan jam terbang ya mbak
Sepertinya perlu banyak latihan dan membaca biar bisa meracik tulisan dengan komposisi show dan tell yang pas ya
BalasHapusilmunya keren manbah ilmu untuk menulis fiksi:
BalasHapus